Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah satu malam yang paling
ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia, Lailatul Qadar.
Banyak ayat didalam Al-Quran yang menceritakan tentang barakahnya
malam ini, dimana pada malam ini diturunkan Al-Quran. Banyak diantara
orang menunggu kedatangan Lailatur Qadar dalam sepuluh hari terakhir.
Sebagaian
orang menunggu kedatangan malam itu dengan berlama-lama di masjid
sambil membaca Al-Quran. Ada yang menunggunya dihadapan rumah agar dapat
melihat turunnya malaikat pada malam Qadar, dan tidak kurang juga yg
menyambutnya dengan sinaran-sinaran lampu-lampu minyak agar kawasan
mereka diterangi. Mereka begitu yakin dengan beberapa tanda-tanda yang
banyak diceritakan dalam berbagai cerita sejarah.
Ada suatu hal
yang masih tersimpan dalam benak hati kita semua. Sebuah pertanyaan
terdalam. Pernahkah Nabi SWA melihat langsung Lailatul Qadar? Adakah
sahabat-sahabat juga pernah melihatnya? Kita pernah mendengar banyak
hadis-hadis yang menceritakan tanda-tanda malam tersebut, adakah kita
bisa melihatnya dengan mata kepala kita sendiri.
Cara yang
paling bijak bagi kita menjawab persoalan ini marilah kita lihat
tafsiran beberapa ahli tafsir termasuk melihat tanda-tanda tersembunyi
yang sering diceritakan itu.
Tafsir Surat Al-Qadar
Satu
surat yang begitu signifikan menceritakan mengenai peristiwa malam
tersebut ialah surah Al-Qadar yang berisi 5 ayat. Surat Al-Qadar adalah
surat ke 97 menurut susunannya didalam Mushaf. Ada diantara ulama-ulama
mengatakan bahwa surat Al-Qadar ini turun selepas penghijrahan Nabi saw
ke Madinah.
Didalam membicarakan pentafsiran ayat, amatlah bijak jika kita mengambil penafsiran yang diambil dari Tafsir Jalalain:
Kesimpulannya
bahwa malam Al-Qadar itu secara sejarahnya di turunkan Al-Quran dari
Lauhul Mahfuz kelangit dunia. Kemuliaan malam tersebut telah dikhabarkan
kepada Rasulullah SAW. Bulan itu dikatakan satu bulan dengan barakah
seperti 1000 bulan. Dimalam tersebut para malaikat-malaikat dan Jibril
turun ke bumi dan memohon Allah mengkabulkan doa'-do'a hambanya.
Kemuliaan malam tersebut berakhir dengan terbitnya fajar.
Pentafsiran yang lebih terperinci sedikit mengenai ayat pertama surah Al-Qadar ini dapat kita lihat dari Tafsir Ibnu Kathir:
Allah
SWT telah mengkhabarkan sesungguhnya Ia telah menurunkan Al-Quran pada
malam Lailatul Qadar. Dimana Allah berfirman, "Sesungguhnya kami
turunkannya di malam yg barakah". Inilah yang kemudian dikenal sebagai
malam Al-Qadar yg berada didalam bulan Ramadan sebagaimana firmannya,
"Pada bulan Ramadan yang diturunkan didalamnya Al-Quran".
Berkata Ibnu Abbas bahwa Allah SWT telah menurunkan Al-Quran keseluruhannya (secara total) dari Lauhul Mahfuz ke Baitul 'Izzah
dari langit dunia kemudian ia diturunkan secara berpisah dan
berperingkat selama 23 tahun keatas Nabi SAW, kemudian firman Allah
beliau memuliakan Lailatul Qadar dimana Allah SWT telah mengizinkan
penurunan Al-Quran.
Keistimewaan Lailatul Qadar
Sheikh
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi merujuk kepada surah Al-Qadar didalam
membicarakan persoalan keistimewaan Lailatul Qadar, katanya :
"Allah
telah memuliakan Al-Quran dimalam ini, dan ditambahnya dengan maqam
yang mulia, yaitu kedudukan dan kemuliaannya yang sangat banyak dari
kebaikan dan kelebihan dari 1000 bulan. Apa-apa ketaatan dan ibadah
didalamnya menyerupai 1000 bulan yang bukan Lailatul Qadar. 1000 bulan
ini menyamai 83 tahun 4 bulan. Hanya di satu malam ini lebih baik dari
umur seseorang yang menghampiri 100 tahun, jika tambah berapa tahun
beliau baligh dan dipertanggung jawabkan".
Dan pada malam itu
turunnya malaikat-malaikat dengan rahmat Allah dengan kesejahteraan dan
barakahnya. Dan kesejahteraanya melimpah sehingga ke terbit fajar.
Didalam As-sunnah, banyak hadist-hadist yang menyebutkan mengenai
keutamaan Lailatul Qadar ini. Yang banyak dianjurkan untuk mencarinya
pada 10 malam terakhir. Dalam Sahih Bukhari dari Hadis Abu Hurarirah,
"Barangsiapa yang berqiam dimalam Al-Qadar dengan penuh keimanan dan
bersungguh-sungguh maka telah diampunkannya apa yang telah lalu dari
dosanya". (Riwayat Bukhari didalam Kitab Al-Saum).
Rasulullah
SAW telah memberi penjelasan kepada siapa yang lalai dan tidak
memperhatikan malam tersebut, yaitu sama seperti menghalang diirinya
dari menerima kebaikannya dan ganjarannya. Berkata para sahabat yang
telah dinaungi mereka bulan Ramadan, "Sesungguhnya bulan ini telah hadir
kepada kamu didalamnya mengandung malam yang lebih baik dari 1000
bulan. Siapa yang memuliakannya maka beliau akan dimuliakan kebaikan
semua perkara. Dan siapa yang tidak memuliakannya maka kebaikannya akan
dihalang". (Riwayat Ibnu Majah dari Hadis Anas, isnad Hassan sebagaimana
didalam Sahih Jaami' Al-Saghir).
Sheikh Ibnu Taimiyyah (Majmu' fatawa - Jilid-25/286)
didalam membicarakan soalan yang mana satu lebih afdal, diantara Malam
Isra' Nabi saw atau Lailatul qadar? Kata: "Sesungguhnya Malam Isra'
lebih afdal dan Malam Al-Qadar lebih afdal bila dinisbahkan kepada
umat...". Manakah yang lebih afdal 10 Zulhijjah atau 10 malam terakhir
Ramadan?. Kata Ibnu Taimiyyah, "Hari 10 Zulhijjah lebih afdal dari hari
10 dari bulan Ramadan. Dan malam-malam 10 akhir Ramadan lebih afdal
malam 10 Zulhijjah". Jelas menunjukkan bahwa para ulama menyatakan bahwa
malam lailatul Qadar ini sangat istimewa kepada umat Muhammad.
Dapatkah Lailatul Qadar dilihat dengan mata?
Dua
tokoh ulama' Arab Saudi, Sheikh Abdul Aziz bin Baaz dan Sheikh Salleh
Munajjid berkata: "Malam Qadar boleh dilihat dengan mata kepada siapa
yang diberi taufiq oleh Allah SWT dan dengan menggunakan tanda-tandanya.
Para sahabat r.h. mencarinya berdasarkan tanda-tandanya tetapi tiada
laporan yang mengatakan mereka telah melihatnya. Akan tetapi tidak ada
larangan mencari hasil fadilah bagi siapa yang beriman dan
bersungguh-sungguh", kata beliau.
Sheikh Al-Sya'rawi mengatakan:
"Satu pun diantara makluk Allah tidak melihat Lailatul Qadar melainkan
Rasulullah SAW. Ani adalah satu keistimewaan yang diberikan kepada
Rasulnya. Selain itu, ada beberapa orang yang dilaporkan pernah
melihatnya. Mereka yang melihatnya berkata-kata kepada Rasulullah yang
melihat beliau pandangan di dalam tidur mereka, seolah-olah berkata:
"Aku melihat sebagaimana aku sujud di dalam air yang melimpah, kemudian
menjadi pagi hari 23, mereka melihat masjid-masjid di sepanjang malam
tersebut. Langit seolah-olah ingin hujan, Rasulullah sujud sehingga
kelihatan dahi di atas tangannya dan kami mengetahui bahwa di sini
adalah Lailatul Qadar didalam tahun dan malam itu".
Haruskah mencari Lailatul Qadar?
Ada
beberapa hadis yang menunjukkan betapa ruginya seseorang yang tidak
pernah berusaha mencari Lailatul Qadar. Menurut Sheikh Abdul Aziz bin
Baaz dan Sheikh Salleh Munajjid beliau berkata; "Seorang Islam haruslah
mencari malam 10 terakhir Ramadan sebagaimana Rasulullah SAW mengarahkan
umatnya menuntut ganjaran dan pahala di mana seseorang yang
mendirikannya dan iman dan azam malam tersebut, dia akan menerima
ganjarannya dan jika tidak bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
"Barangsiapa yang berqiam di malam Qadar dengan keimanannya maka Allah
akan mengampunkan dosanya yang telah lalu". Dalam riwayat lain,
"Barangsiapa yg berqiam dan mencarinya kemudian ia akan diampunkan dosa
yang sebelumnya dan yang terakhir."
Tanda-tanda Lailatul Qadar
Menurut
Sheikh Abdul Khaliq Al-Sharrif bahwa tanda-tanda Lailatul Qadar akan
ditunjukkan pada pagi harinya matahari akan memancar dan cuacanya yang
agak sejuk. Sheikh Saleh Munajjid mengatakan bahwa matahari yang keluar
itu tidak memancarkan cahaya. Sheikh Dr Yusuf Qaradhawi mengatakan
terdapat juga berbagai tanda, seperti cahayanya merah kelemah-lemahan
dan pada malam itu hujan dan angin sepoi-poi, tiada bau dan tiada sejuk
sebagaimana yang disebut oleh Al-Hafiz didalam Fathul Bari'.
Kata Al-Qaradhawi:
"Semua
tanda ini tidak memberi kepastian mengenainya. Tidak mungkin ia
berulang-ulang, karena malam Al-Qadar selalu berbeda-beda cuacanya dalam
berbagai negara, berbeda pula waktunya. Ia mungkin dijumpai di sebuah
negara Islam yang tidak putus hujannya, dan kemungkinan di negara lain
yang keluarganya bersholat istiqo' yang berdepan dengan kemarau, dan
negara-negara berbeda dari segi kepanasan dan kesejukannya, naik
matahari dan turunnya, kuat atau lemah pancarannya, maka mustahil untuk
mendapat titik pertemuan ini. Kajian ulama' mengatakan: boleh di ambil
malam-malam yang tertentu Lailatul Qadar itu dari sebahgian manusia. Ia
hanya kelihatan kepada dia seorang saja yang melihatnya. Atau menerima
mimpi didalam tidur, atau berlaku (karamah) keajaiban yang luar biasa.
Atau Ia terjadi kepada keseluruhan umat Islam agar ia menerima ganjaran
kepada siapa saja yang berpeluang melakunya. Dan Ia tidak nampak apa-apa
yang berlaku. Kebanyakkan ulama' mengambil pandangan yang awal tadi.
Amalan saat Lailatul Qadar
Kemuliaan
malam tersebut dan seruan-seruan dari hadist-hadist yang menyuruh umat
Islam mencari malam tersebut mungkin akan menimbulkan sedikit
pertanyaan. Apakah malam itu khusus bagi mereka-mereka yang alim saja
atau bisa berlaku bagi masyakat umum. Yusuf Qaradawi mengatakan bahwa
malam itu datang untuk semua orang yang benar-benar menginginkannya.
Kata Qaradhawi:
"Maka Malam al-Qadar ialah malam umum untuk
semua yang menuntutnya. Yang menginginkan kebaikan dan ganjarannya, dan
apa yang disisi Allah di dalamnya, itu lah malam ibadah dan malam ta'at,
dan bersolat, bertilawah, berdo'a, bersedekah, menjalinkan perhubungan,
beramal sholeh, dan melakukan kebaikan-kebaikan".
"Yang harus
dilakukan oleh orang Islam pada malam ialah; Bersholat Isya' secara
berjamaah, sholat subuh berjamaah dan pada malamnya mendirikan
qiamullail. Di dalam hadist Sahih diriwayatkan Nabi bersabda,
"Barangsiapa yang bersholat Isya' berjamaah, seolah-olah ia berqiam di
separuh malam, dan barangsiapa yang bersolat subuh berjamaah,
seolah-olah ia bersholat disepanjang malam tersebut. (Riwayat Ahmad, Muslim).
Sheikh Atiyah Saqr menganjurkan:
Hidupkannya
dengan bersholat, membaca Al-Quran, berzikir, beristigfar dan berdo'a
dari terbenam matahari sehingga terbit fajar. Dan hidupkan ramadhan
dengan bersolat terawikh di dalamnya. Sebuah riwayat yang mengatakan,
"Barangsiapa yang bersholat magrib dan Isya' di hari akhir yaitu di
malam Al-Qadar secara berjamaah, ia telah diberi keuntungan dari
Lailatul Qadar". Berkata A'isyah r.h "Ya Rasulullah di waktu Lailatul
Qadar, apakah yang harus aku katakan". "Katakalah, "Ya Allah
sesungguhnya kamu pengampun dan suka kepada pengampunan, maka
ampunkanlah ku"
Kamis, 19 Agustus 2010
TEMUKAN KAMI YA ALLAH PADA LAILATUL QODR ,
KUA JELUTUNG
Jl. Fatah Laside No.06 Kebon Handil Jelutung Jambi.